Kuperhatikan raut wajahnya selagi ia memandang keluar jendela. Rahangnya keras dan tajam. Ia asyik melamun. Lalu kuperhatikan pakaiannya. Sama sekali tidak sesuai, kusut, dan terlalu besar untuk ukuran tubuhnya, tapi entah mengapa itu tidak apa-apa. Pakaian itu membuatnya tampak seperti dirinya. Sesuatu membangunkannya dari lamunan, dan ia mengangkat kepalanya tajam dan tersenyum sekilas padaku.
“Tahukah kau, aku hanya bisa begini denganmu. Duduk dian disini tanpa berbuat apa-apa dan merasa bahagia tanpa kuatir apakah kau senang melakukan hal yang sama.” Kulirik dia dan tak mengatakan apa-apa, hanya meresapi perkataannya. Ia satu-satunya orang yang dapat kuajak bicara tentanng apa saja, memikirkan rencana-rencana gila untuk dilakukan, atau membuat patung malaikat di salju,
“Apa yang akan kita lakukan jika tidak bersama-sama?” akhirnya ia bertanya, sungguh-sungguh ingin tahu.
“Entah bagaimana jadinya,” jawabku setengah bercanda
* * * * *
Dikutip dari “Malaikat Salju” - TeenInk
This is my favourite part: ))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar